A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu maupun kelompok dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat memahami,
menerima, mengarahkan, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Sedangakan konseling
merupakan bagian dari bimbingan. Konseling adalah bimbingan yang dilakukan
secara langsung (tatap muka) untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh
konseli.
B.
Kondisi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Di Indonesia isu
tentang bimbingan konseling belum terlalu menjadi sorotan. Hal ini menunjukkan
bahwa sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap bimbingan dan
konseling. Beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah, diantaranya:
1. Sekolah
yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun
karakter siswa
2. Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi
siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah
3. Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”.
4. Sekolah yang belum memiliki manajemen BK
C.
Landasan
Psikologis Bimbingan dan Konseling
Landasan psikologis
merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanannya. Adapun kajian-kajian psikologi yang
perlu dikuasai untuk kepentingan bimbingan dan konseling diantaranya: 1) Motif dan
motivasi, 2) Konflik dan frustasi, 3) Sikap, 4) Pembawaan dan lingkungan, 5) Perkembangan
individu, 6) Masalah penyesuaian diri dan kesehatan mental, 7) Masalah belajar,
8) Kecerdasan majemuk.
D.
Landasan
Sosiologis Bimbingan dan Konseling
Kebutuhan akan
bimbingan muncul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
bermasyarakat. Adapun faktor-faktor sosial-budaya yang menimbulkan kebutuhan
akan bimbingan dan konseling, diantaranya: 1) Perubahan dalam keluarga, 2) Perkembangan
pendidikan, 3) Dunia kerja, 4) Perkembangan kota metropolitan, 5) Perkembangan
komunikasi, 6) Seksisme dan rasisme, 7) Kesehatan mental, 8) Perkembangan teknologi,
9) Kondisi miral dan keagamaan, 10) Kondisi sosial ekonomi
E.
Landasan
Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa
bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan
individu dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan
konseling adalah sebuah upaya normatif.
Menurut Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa
landasan bimbingan dan konseling sebaiknya berkaitan dengan: 1) pendidikan sebagai
upaya untuk pengembangan individu, 2) pendidikan sebagai inti proses bimbingan
dan konseling, dan 3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan
konseling
F.
Landasan
Agama Bimbingan dan Konseling
Landasan agaman
dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan konseli yang
merupakan sentral dalam upaya bimbingan dan konseling sebagai makhluk Tuhan
dengan segala kemuliannya. Oleh karena itu seorang konselor dituntut memiliki
pemahaman tentang hakikat manusia menurut agama dan peran agama dalam kehidupan
umat manusia.
Menurut sifat
hakiki manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah
untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama. Agama sebagai pedoman hidup bagi
manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk
pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat.
G.
Landasan
Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu ilmu yang multidimensional yang menerima
sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Secara keilmuan
bimbingan dan konseling merupakan pengetahuan yang telah tersusun rapi dan
sistematis. Ilmu bimbingan dan konseling bersifat multireferensional, artinya
suatu disiplin ilmu dengan rujukan atau referensi dari ilmu-ilmu lain seperti
psikologi, ilmu pendidikan, dan lain-lain. Kontribusi ilmu-ilmu lain terhadap
bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas pada pembentukan dan pengembangan
teori-teori bimbingan dan konseling melainkan
H.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Pada awal tahun 1960 dibeberapa sekolah telah mulai
mengadakan program bimbingan, tetapi hanya terbatas pada bimbingan akademik. Pada
tahun 1964, lahirlah Kurikulum SMA Gaya Baru dengan keharusan melaksanakan
program bimbingan dan penyuluhan.tetapi program ini tidak bertahan lama. Akhirnya
pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan membuka jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan.
Penataan bimbingan terus
dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap
peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan
konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan
publik.